Oleh: Sucipto, S.Psi

Setiap orang yang menjalani ibadah puasa pasti mendambakan kemenangan pada akhirnya.

Kemenangan ini bukan sekadar merujuk pada perayaan atau pesta, melainkan sebuah pencapaian spiritual dan emosional yang diraih setelah sebulan penuh menjalani pengendalian diri.

Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga merupakan latihan pengendalian hawa nafsu, mendidik hati untuk bersabar, dan melatih jiwa untuk lebih dekat kepada Allah SWT

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ۝١٨٣

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).

Ayat ini mengingatkan kita bahwa tujuan puasa adalah untuk mencapai derajat takwa, sebuah kemenangan sejati yang tidak dapat diukur dengan materi.

Dengan menjalankan ibadah puasa, umat Muslim dilatih untuk mengendalikan hawa nafsu, menjaga lisan, serta menahan diri dari hal-hal yang dapat merusak pahala puasa.

Ketika bulan suci Ramadan berakhir, umat Muslim di seluruh dunia merayakan Idulfitri, yang sering kali disebut sebagai “hari kemenangan.”