Menduleng
Karya: Yoelchaidir
Api masih menjilat saat senja di langit berwarna jingga mulai terkikis dari pandangan.
Sore itu Pak Ahmad membakar sampah dari daun daun kering dan ranting kayu pekarangan belakang halaman rumah.
Kebiasaan itu telah dilakoni Pak Ahmad sejak menempati rumah peninggalan orang tuanya sejak beberapa tahun silam.
Sehabis salat Maghrib, seperti biasanya Pak Ahmad dan istri nya bercengkrama di teras rumah sambil menikmati hidangan ala kadarnya.
Sementara Pak Ahmad dengan rokok kretek dan kopi hitam tanpa gula yang masih panas di hadapannya.
Ia terlihat serius menggaruk sekujur tubuhnya membuat sang istri bertanya kepada sang suami yang sama sama menginjak usia senja.
“Ada apa Pak, kok dari tadi keliatan serius betul menggaruk tak henti henti, Pak,” kata Bu Ahmad membuka percakapan malam itu.
“Iya Bu,” jawab Ahmad sambil membuka baju kaos dan menyingkap kain sarung yang masih terpasang setelah di gunakan buat salat Maghrib.
Terlihat wajah Bu ahmad sedikit merinding menatap seksama sekujur tubuh pak Ahmad.
Pada kaki sang suami terdapat ruam ruam memerah berbintik hingga sedikit terkelupas akibat garukan kukunya.
“Waduh Pak gimana sampai begini badan bapak? Mungkin bapak alergi ya.”
Bu ahmad dengan sigap masuk ke dalam rumah mengambil bedak dan obat anti biotik.
Seluruh badan pak Ahmad ditaburi dengan bedak dan setelah minum obat anti biotik kedua suami istri Lalu beranjak masuk ke dalam rumah.
Malam itu pak Ahmad tak sempat untuk tidur pulas karena rasa gatal di seluruh tubuhnya kian menjadi.
Hingga pagi menjelang saat Bu Ahmad bangun untuk salat Subuh, terlihat sang suami yang biasanya lebih dahulu salat subuh, masih pulas tertidur.
“Mungkin bapak kurang tidur.” celetuk Bu ahmad dalam hati.
Ia memperhatikan tubuh sang suami yang terlihat mengeluarkan air pada bintik bintik yang ada di sekujur tubuh suaminya.
Penyakit gatal gatal yang diderita suami nya makin parah.
Sebagai warga dusun yang jauh dari pusat kesehatan, Bu Ahmad memanggil seorang dukun kampung untuk melihat apa yang terjadi pada tubuh suaminya itu.
Sebut saja Pak Parman, lelaki tua yang dikenal sebagai dukun kampung memang sudah terbiasa diminta tolong oleh warga dusun.