Diasingkan untuk Menjadi yang Terbaik
Langit Menyambutnya, Dunia Belajar darinya (Bagian 6)
Oleh: Muhammad Bachtiyar — Pengajar di Pondok Pesantren Qur’an CAHAYA
Di balik setiap pilihan yang menyertai perjalanan Nabi Muhammad Saw sejak masa balita, bahkan sejak kelahirannya, tersimpan hikmah mendalam. Salah satunya: kenapa beliau tidak dibesarkan di pusat kota Makkah, melainkan disusukan dan diasuh oleh wanita dari perkampungan Bani Sa’ad, Halimah As-Sa’diyah?
Kisah ini bukan sekadar romantika masa kecil seorang nabi. Ia adalah cerminan dari desain pendidikan Ilahi. Bagaimana lingkungan pertama seorang anak bisa membentuk jati diri, karakter, bahkan visi hidup.
Pada masa itu, Makkah bukanlah kota yang ideal untuk perkembangan fisik anak-anak. Kota ini terletak di tengah gurun yang panas, dengan udara yang sering kali kering dan penuh debu.
Selain itu, kehidupan kota yang sibuk dengan aktivitas perdagangan dan qurban untuk berhala membuat sanitasi sangat buruk. Penyebaran penyakit juga lebih mudah, terutama karena adanya banyak bangkai hewan yang disembelih sebagai bagian dari ritual penyembahan berhala di sekitar Ka’bah.
Para sejarawan dan ahli siroh sering menyoroti bahwa kondisi ini bisa sangat berbahaya bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.
Salah satu penyebab mengapa bayi-bayi Makkah diserahkan kepada pengasuh desa adalah karena mereka ingin memastikan anak-anak mereka tidak hanya terhindar dari polusi udara dan potensi penyebaran penyakit, tetapi juga mendapatkan makanan yang lebih sehat dan alami.
Di desa, lingkungan jauh lebih bersih dan asri, dengan udara yang segar, lebih sedikit polusi, dan jauh dari keramaian kota yang bisa mengganggu perkembangan fisik dan mental anak-anak. Di sini, mereka bisa tumbuh dalam ketenangan, sehat secara fisik dan mental.