Bersembunyi di Balik Usaha Kelompok
Oleh: Hendrawan, S.T., M.M.
Pendahuluan
Social loafing adalah fenomena dalam kelompok kerja di mana beberapa individu cenderung memberikan kontribusi yang lebih rendah dibandingkan jika mereka bekerja sendiri. Fenomena ini sering terjadi dalam organisasi pemerintah yang umumnya memiliki struktur hierarki dan lingkungan kerja yang stabil. Karena kurangnya kontrol ketat pada kinerja individu, kecenderungan untuk “bersembunyi” dibalik usaha kelompok menjadi lebih besar. Fenomena ini memiliki dampak negatif, seperti penurunan produktivitas, penurunan motivasi tim, dan kualitas layanan publik yang lebih rendah.
Artikel bertujuan untuk mengungkap fenomena social loafing dalam konteks organisasi pemerintah, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya social loafing, dan dampaknya pada kinerja organisasi. Dengan menggunakan pendekatan teoritis dan empiris, diharapkan dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai peran social loafing dan strategi yang dapat diambil untuk menguranginya.
Landasan Teori
- Teori Motivasi dalam Kelompok Kerja
Teori motivasi kerja, seperti teori ekspektansi Vroom, menyatakan bahwa individu dalam suatu kelompok akan bekerja keras jika mereka mengharapkan penghargaan atau pengakuan. Dalam organisasi pemerintah, motivasi untuk berprestasi seringkali kurang kuat karena budaya kerja yang cenderung stabil dan minim penghargaan berbasis kinerja (Vroom, 1964). Tanpa insentif yang memadai, para pegawai mungkin merasa bahwa usaha mereka tidak akan memberikan hasil yang signifikan, sehingga cenderung terjadilah social loafing.
- Teori Identitas Sosial
Teori identitas sosial mengemukakan bahwa individu memiliki kecenderungan untuk mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok atau organisasi dimana mereka bekerja (Tajfel & Turner, 1979). Ketika pegawai tidak merasakan keterikatan yang kuat dengan tim atau organisasi, maka kecenderungan untuk mengurangi usaha kerja meningkat. Dalam konteks organisasi pemerintah, seringkali tidak ada identitas yang kuat karena pegawai berasal dari latar belakang beragam dan bekerja dalam sistem birokratis yang kaku.
- Model Job Characteristics (Karakteristik Pekerjaan)
Model karakteristik pekerjaan dari Hackman dan Oldham (1976) berfokus pada bagaimana karakteristik pekerjaan tertentu mempengaruhi motivasi dan kinerja karyawan. Dalam organisasi pemerintah, pekerjaan cenderung sangat terstruktur dan monoton, serta kurangnya variasi tugas. Kondisi ini mengakibatkan rendahnya otonomi dan tanggung jawab individu, yang dapat memicu social loafing karena pegawai merasa tidak memiliki kendali atau tanggung jawab pribadi atas hasil pekerjaan mereka.
- Teori Sosial dan Konteks Situasional
Menurut teori sosial, seseorang cenderung menyesuaikan diri dengan norma dan perilaku lingkungan sekitarnya. Dalam konteks organisasi pemerintah, budaya kerja yang kurang kompetitif atau norma yang membiarkan perilaku social loafing, dapat memperparah kecenderungan tersebut. Budaya ini sering disebut sebagai lazy culture dimana para pegawai kurang memiliki dorongan untuk berprestasi tinggi (Latane, Williams, & Harkins, 1979).
Faktor Penyebab Social Loafing dalam Organisasi Pemerintah
- Kurangnya Pengawasan dan Pengukuran Kinerja Individual
Dalam organisasi pemerintah, pengawasan terhadap kinerja individu seringkali lemah. Kinerja lebih banyak diukur pada tingkat kelompok, sehingga sulit untuk mengetahui kontribusi individu. Dalam situasi ini, beberapa anggota mungkin merasa tidak terpantau sehingga menurunkan kontribusi mereka. Situasi ini berbeda dengan sektor swasta, dimana kinerja individu lebih sering dievaluasi.
- Norma Budaya Kerja yang Toleran terhadap Kinerja Rendah
Dalam lingkungan yang tidak menuntut kinerja tinggi, social loafing dapat tumbuh dengan subur. Toleransi terhadap kinerja rendah sering kali menjadi bagian dari budaya kerja dalam organisasi pemerintah. Dengan tidak adanya tekanan atau standar kinerja tinggi, pegawai cenderung merasa aman untuk menurunkan usaha mereka.
- Keterbatasan dalam Karakteristik Pekerjaan
Struktur pekerjaan yang berulang dan monoton mengurangi motivasi intrinsik pegawai. Dalam organisasi pemerintah, banyak pekerjaan rutin dan administratif yang membuat pegawai merasa tidak bersemangat. Situasi ini menyebabkan mereka merasa kurang bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut dan lebih cenderung mengalami social loafing.