Menurut Ketua KONI Bangka Belitung, Ricky Kurniawan, sebenarnya Junaidi telah diminta oleh PB PASI untuk menjadi pelatih di tim nasional. Akan tetapi karena masih harus menangani usahanya di Belitung ia masih memilih untuk tetap menjadi pelatih di daerah. “Saya dapat cerita dari orang PASI bahwa Mas Jun itu sudah diminta ke Jakarta buat jadi pelatih di pusat. Tapi Mas Jun masih harus menangani pekerjaannya di bidang perikanan di Belitung,” Jelas Ricky.

Junaidi berpandangan bahwa pola pelatihan yang dulu dialaminya sudah berbeda dengan saat ini. Dulu para atlet diperlakukan dengan sangat keras. “Atlet dulu itu dilatih sampai muntah-muntah dulu oleh pelatihnya baru dianggap hebat. Tapi sekarang sudah berbeda yaitu pelatih harus mengupayakan bagaimana agar anak didiknya bisa enjoy dan dengan kesadaran sendiri mengikuti program latihan yang ada. Sehingga terkadang penanganan seorang atlet kadang berbeda dengan atlet yang lainnya, “Jelasnya.

Juniadi ternyata melatih anak-anak di hampir semua jenjang usia. “Semua usia anak anak SD juga sudah ada yang saya latih. Bahkan anak saya sendiri yang masih kelas 5 SD juga sudah mulai ikut latihan. Yang penting programnya disesuaikan dengan usia anak anak tersebut,” urainya.

Ada pemandangan yang menarik dari seorang Junaidi dalam melatih atletnya. Peristiwa itu terjadi pada perebutan medali emas pertama di Porwil XI Sumatera di Stadion atletik Tuanku Tambusai Kampar November lalu. Pagi itu Robi Syanturi baru saja menyelesaikan lomba lari 10 ribu meter dengan meninggalkan cukup jauh para pesaingnya. Ia berhasil merebut medali emas pertama di Porwil XI dan medali emas pertama untuk Bangka Belitung. Semua anggota tim Bangka Belitung berteriak dan bersorak gembira di pinggir lapangan dan memberikan ucapan selamat kepada Robi.

Seorang pejabat KONI Bangka Belitung menyalami Robi sambil menyelipkan sejumlah uang merah. Selanjutnya Junaidi menyelusup di sela-sela kerumunan dan memberikan pula segepok uang merah kepada Robi. Semua bertepuk tangan. Robi mencium tangan pelatihnya dan memeluknya dengan haru dan bahagia. “Itu saweran buat Robi supaya dia tetap semangat berlatih,” kata Junaidi dengan wajah cerah. “Wah kalah banyak saweran dari kita,” ujar Ricky, Ketua KONI Bangka Belitung sambil tertawa ceria. Itulah Junaidi. Pelatih yang berhasil menemukan, membimbing dan mengangkat prestasi dan sekaligus kehidupan atlet binaannya.

Gundah dan Sedih

Bagi Junaidi, kepentingan atlet asuhannya merupakan salah satu prioritas yang mesti diamankannya. Karena itu ia begitu gundah dan sedih ketika ada pihak-pihak tertentu di daerah yang masih kurang perhatian dengan para atlet. Menurut informasi dari sebuah sumber, perhatian yang kurang itu tak hanya dialami para atlet pemula, tetapi juga oleh atlet handal seperti Robi Syanturi. Bagaimana misalnya ada pihak yang tiba-tiba menghentikan pembayaran honor bulanan yang selama ini rutin diterima oleh Robi.

Yang lebih mengecewakan lagi bahkan ada seorang pengurus olah raga daerah yang mempertanyakan izin berlatih Robi Ketika ia akan melakukan latihan rutin di stadion di Tanjungpandan. Padahal di sanalah ia biasa berlatih selama ini. Menurut sumber ini kemungkinan masalah tersebut berasal dari kegagalan Robi Syianturi membela nama Kabupaten Belitung dalam ajang Porprov yang berlangsung di Mentok Bangka Barat tahun 2022 silam. Padahal itu bukanlah kesengajaan, karena pada waktu itu pelaksanaan Porprov bersamaan waktunya dengan Robi yang dipanggil ke Jakarta guna mengikuti pelatnas atletik untuk persiapan untuk ASIAN Games Kamboja 2023.

Seorang pengamat olahraga daerah berharap agar perhatian dan dukungan yang diberikan kepada para atlet jangan sampai terhenti. Menurutnya para atlet itu sudah cukup lelah menghadapi berbagai kesulitan dalam menyesuaikan program latihan dengan kondisi hidup mereka yang tak selalu indah dan nyaman. Jangan lagi beban itu ditambah dengan sikap seolah-olah memusuhi mereka. Tugas para pengurus olahraga adalah memberi jalan agar atlet merasa gembira dan ringan menjalani program latihan supaya bisa lebih berprestasi lagi.

Berbekal pengalaman dan sertifikat Kepelatihan level 1 yang diperolehnya di Jakarta Mas Jun demikian ia biasanya dipanggil akan terus melatih. Ketika ditanya tentang cita-citanya Mas Jun menjawab datar “Cita-cita saya cuma pengen anak-anak Belitung punya penghasilan lebih baik”. Menurutnya banyak juga anak yang ingin daftar TNI Polri dan ikut latihan fisiknya dengan Mas Jun.  “Secara spesifik cita-cita saya ingin bawa anak anak Belitung bukan hanya Robi tapi juga para juniornya agar bisa mengharumkan nama Belitung.

Selain Robi, Mas Jun saat ini juga sedang mendampingi beberapa atlet muda. Beberapa atlet Belitung yang sudah mulai berlaga di tingkat provinsi seperti Septian Jaya, Wandi, Ibnu Ibrahim, Efrianto Saputra, Tanta Diri dan Habibah Hairani.

Salah seorang di antara asuhannya adalah Benzen Halilintar Aquinaldo. Atlet yang masih duduk di bangku SMA ini merupakan atlet asal Belitung yang turun di nomor aquathlon di PON Aceh Sumut. Walau pun masih belia, Ben begitu panggilan akrabnya sudah cukup meyakinkan. Dia berhasil finis di urutan ke-5 dari 17 orang peserta yang ikut PON XXI lalu di Kota Takengon, Aceh. Menurut Mas Jun, “Benzen itu latihan larinya dengan saya tapi renangnya dengan pak Lilik. Kalau menurut saya untuk cabang aquathlon di PON dengan umur yang masih muda dan ia sudah bisa di urutan ke lima, sudah bagus.”

Dalam lomba itu Ben nampak masih cukup bugar bahkan dengan setengah berlari mendatangi para penonton yang mengajaknya berfoto sambil tersenyum. Padahal beberapa atlet saingannya di saat yang sama sedang ditandu atau berjalan sempoyongan menuju tenda kesehatan di dekat garis finis.

Dalam dunia olahraga terkadang keberadaan seorang pelatih kadang kurang terperhatikan sampai kemudian ada masalah yang tak bisa diselesaikan sendiri oleh para atlet. Namun dedikasi dan pengorbanan sebagaimana yang telah diperlihatkan oleh Junaidi kiranya dapat memacu semangat siapapun termasuk atlet, pengurus olahraga bahkan sesama pelatih.

Penulis merupakan Ketua Asosiasi Tradisi Lisan dan Pemerhati Budaya Bangka Belitung