Oleh: Ahmad Gusairi

Dalam hidup ini, ada satu hal yang sulit dihindari: kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain. Sejak kecil, kita telah dibentuk oleh lingkungan yang menilai keberhasilan dengan standar tertentu—siapa yang mendapat nilai terbaik, siapa yang paling berprestasi, siapa yang lebih dulu sukses. Media sosial pun semakin memperparah kebiasaan ini, menampilkan potret kehidupan orang lain yang tampak lebih gemilang, lebih cepat maju, dan lebih sempurna.

Namun, satu hal yang sering terlupakan adalah bahwa setiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda. Kecepatan, tantangan, dan pencapaian setiap individu unik pada waktunya sendiri. Tidak semua orang harus sampai di garis finis pada saat yang bersamaan. Maka, alih-alih terus membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik kita fokus pada pertumbuhan pribadi. Hargai setiap langkah kecil dalam perjalananmu, karena proses itulah yang akan membentukmu menjadi pribadi yang lebih kuat dan berdaya.

Membandingkan Diri: Kebiasaan yang Melelahkan dan Merugikan

Sebagian besar orang pernah merasa iri atau tidak cukup baik ketika melihat keberhasilan orang lain. Saat melihat teman sukses di usia muda, mendapat pekerjaan impian, atau menikah lebih dulu, tanpa sadar kita mulai mempertanyakan diri sendiri: Kenapa aku belum sampai ke sana? Apa yang salah dengan diriku?

Kebiasaan membandingkan diri ini bisa menjadi sumber kecemasan, rasa tidak percaya diri, bahkan depresi. Padahal, apa yang kita lihat dari luar hanyalah potongan kecil dari kehidupan seseorang—bagian terbaik yang sengaja diperlihatkan. Kita jarang melihat perjuangan mereka, kegagalan yang mereka alami, atau kesulitan yang harus mereka lalui sebelum mencapai titik sukses tersebut.

Selain itu, membandingkan diri dengan orang lain adalah kebiasaan yang melelahkan karena standar yang kita gunakan tidak pernah tetap. Akan selalu ada orang yang lebih sukses, lebih cerdas, lebih berbakat, dan lebih beruntung. Jika kita terus mencari pembandingan, kita tidak akan pernah merasa cukup atau bahagia dengan pencapaian sendiri.

Setiap Orang Punya Waktu dan Jalannya Sendiri

Pohon bambu membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bertumbuh ke atas. Awalnya, ia tampak tidak berkembang, hanya berakar di dalam tanah. Namun, ketika saatnya tiba, pertumbuhannya sangat cepat dan mengagumkan. Hal yang sama berlaku bagi manusia—setiap orang memiliki waktu pertumbuhan yang berbeda-beda.

Ada orang yang sukses di usia 20-an, ada yang baru menemukan jalan hidupnya di usia 40-an. Ada yang menikah muda, ada yang baru merasa siap di usia yang lebih matang. Tidak ada aturan baku tentang kapan seseorang harus berhasil, karena hidup bukanlah perlombaan.

Albert Einstein pernah dikatakan sebagai anak yang lambat dalam belajar ketika masih kecil, namun akhirnya menjadi salah satu ilmuwan paling jenius dalam sejarah. Oprah Winfrey dipecat dari pekerjaannya sebagai penyiar berita sebelum akhirnya menemukan jalannya di dunia talk show. Steve Jobs sempat gagal dan dikeluarkan dari perusahaan yang ia dirikan sendiri, namun bangkit kembali dengan inovasi yang mengubah dunia.

Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa setiap perjalanan memiliki rintangan, waktu, dan alurnya masing-masing. Yang terpenting bukanlah seberapa cepat kita berhasil, melainkan bagaimana kita tetap maju dengan ketekunan dan keberanian.

Fokus Pada Perjalanan Pribadi

Daripada sibuk membandingkan pencapaian dengan orang lain, alangkah lebih baik jika kita fokus pada diri sendiri. Bandingkan dirimu dengan dirimu yang kemarin. Apakah hari ini kamu menjadi pribadi yang lebih baik? Apakah ada kemajuan, sekecil apa pun?

Ketika kita mulai menghargai proses kita sendiri, kita akan merasa lebih tenang dan bersyukur. Tidak ada tekanan untuk menyamai orang lain, tidak ada kecemasan karena belum sampai ke titik tertentu. Kita hanya perlu berjalan sesuai ritme kita sendiri, memperbaiki diri setiap hari, dan percaya bahwa usaha yang kita lakukan akan membawa hasil pada waktunya.