Kebersihan..ya Itu yang Utama
Karya: Putri Simba
Tepat pukul 03.30 Wib, aku, Namira anak yang terbiasa dengan disiplin tepat waktu itu sudah terbangun dari tidur.
Dengan cepat aku bergegas belajar mengerjakan tugas-tugas sekolah, beres- beres rumah, sambil menunggu ayam jantan mulai berkokok yang menandakan akan terbitnya fajar. Suasana tenang penuh kedamaian selalu diiringi lantunan ayat suci Al-Qur’an dari masjid-masjid sekitar setiap pagi menjelang subuh.
Dua menit kemudian, “Alhamdulillah, aku rasa semuanya sudah pada beres, dari mulai pekerjaan rumah, hingga salat,” ungkapanku dalam hati setelah semuanya selesai.
Dengan cepat diriku berlari menemui kedua orang tuaku di ruang tamu untuk berpamitan pergi ke sekolah agar datang tepat waktu seperti hari-hari sebelumnya.
“Selamat pagi, Ayah, Ibu,” ucapku dengan penuh bahagia menyambut hari di pagi ini.
“Pagi juga, Nak,”sahut Ayah, Ibuku, sembari menatapku dengan senyuman.
“Ayah, Ibu, aku mau berangkat sekolah dulu, ya, semua perkerjaanku sudah beres, dari mulai tugas sekolah, beres-beres, sholat dan lain-lain,” ucapku lagi kepada kedua orang tuaku itu.
“Tapi, apa ini tidak terlalu kepagian, Nak, emangnya sudah ada orang jam segini di sekolah? Dan apa kamu tidak takut kalo nanti ketemu hantu penjaga sekolah?” tanya sang Ayah kepadaku sembari menakutiku.
“Insyaallah, tidak Aah, karena ini memang sudah sikap disiplinku sejak SD, Yah, yang masih aku lakukan sampai sekarang. Aku tidak suka berangkat siang. Dan kalo soal takut ketemu hantu itu, insyaallah aku tidak takut, Yah,” sahutku kepada Ayah sembari menjelaskan alasanku berangkat pagi.
“Owh, okelah kalo begitu, kamu hati-hati saja di jalan, ya, Nak,” ucap sang ayahku lagi.
“Iya, Ayah, siaaap, kalo begitu aku pamit dulu, ya, assalamualaikum Ayah, Ibu,” ujarku sembari menyodorkan tangan, berpamitan kepada Ayah, Ibu.
“Waalaikumussalam, Nak,” sahut mereka serentak sambil memelukku dan memberikan restu doa terbaiknya.
Dengan penuh rasa semangat dan ceria, aku selangkah demi selangkah, lompatan demi lompatan melangkahkan kakiku menelusuri jalan pintas menuju sekolahku, berjalan kaki untuk berjumpa bersama dengan teman-teman kelasku, dan guru- guruku tercinta.
Desiran angin, hangatnya sinar matahari juga indahnya pemandangan halaman sekolah, dan guru- guru kami yang telah melengkapi keceriaan kami pada datangnya pagi.
Tak terasa telah sampai di sekolah. Aku masuk ke kelas dengan melihat lingkungan kelas dan halaman sekolahku tampak kotor, dipenuhi oleh sampah sampah plastik dan dedaunan yang jatuh dari pohon sedikit
“Astagfirullah, subhanallah kotor banget kelas dan halaman sekolahku, hedeh baiklah aku tahu apa yang harus aku lakukan,” ujarku dalam hati sembari bergeleng-geleng kepala.
Dengan senyuman, diriku segera bergegas mengambil sapu untuk menyapu halaman kelasku terlebih dahulu dan membersihkan halaman depanya agar sekolah terlihat rapi, indah, dan bersih.
Hampir 19 menit kemudian setelah semuanya bersih aku pun bergegas jalan santai menuju ke ruang kelasku kembali. Saat itu seorang guru memanggilku dengan lemah lembut menyapa mengucapkan salam.
“Assalamu’alaikum, Nak,” ucap seorang guru yang belum lama aku kenal saat itu.
“Wa’alaikumussalam Pak,” sahutku kepada guru tersebut.