Yulizar Adnan: Dari Birokrasi ke Petani
Penulis: Yan Megawandi
Siapa sangka, pejabat purna tugas yang dulu duduk manis di kursi birokrasi Pemprov Kepulauan Bangka Belitung, kini tengah sibuk berkebun dan memelihara unggas? Ya, Yulizar Adnan, yang kariernya di pemerintahan boleh dibilang “top tier” (atau dalam bahasa kekinian, “gokil”), kini memilih jalan yang jauh lebih hijau dan penuh aroma segar: pertanian dan peternakan.
Itulah hal yang tergambar jelas di kebunnya ketika dikunjungi para Widyaiswara Pemprov Bangka Belitung akhir minggu lalu. Sebagai mantan pejabat eselon 2 di Bangka, Bangka Selatan, Pemprov Bangka Belitung, Yulizar sudah kenyang dengan dunia pemerintahan. Dari jabatan inspektur, asisten, kepala Badan Keuangan Daerah (Bakuda), sampai kepala dinas yang tidak kalah strategis, Dinas Koperasi dan UMKM. Ia sudah menjajaki hampir semua lini. Puncaknya ia menjabat Pj Sekda provinsi selama 9 bulan, yang mengukuhkan namanya sebagai salah satu pejabat yang cukup diperhitungkan. Keren kan? Tapi ternyata, dunia birokrasi itu, meskipun bergengsi, tidak cukup bisa menahan Yulizar dari godaan dunia baru yang penuh tantangan: peternakan dan pertanian.
Setelah pensiun, yang biasanya orang-orang sibuk menikmati masa tua dengan duduk santai atau pergi traveling, Yulizar malah memilih untuk bergelut dengan tanah dan tanaman. Tanpa ragu, ia terjun ke dunia hidroponik, menanam sayuran tanpa tanah. Iya, sayuran yang tumbuh hanya dengan air, seperti pok coi, sawi, dan selada. Kalau dulu melayani urusan administrasi pemerintah, sekarang ia melayani kebun dan peternakan miliknya.
Tapi Yulizar tak hanya puas dengan menanam sayuran. Ia juga mulai mengadopsi peternakan unggas dan kambing, duo “hewan berbau” yang sepertinya sudah jadi teman setia para petani masa kini. Ternyata, dari tangan seorang birokrat yang dulu terampil mengelola anggaran, sekarang ia beralih menjadi “manajer peternakan” yang cekatan. Penasaran, kan, bagaimana dia bisa beralih dari mengurus laporan keuangan ke mengurus burung puyuh, ayam, bebek dan kambing.
Beberapa tahun sebelum pensiun ia telah mempersiapkan diri. Mencari lahan yang cukup luas dengan kolam sebagai sumber air utama, agak terpencil tetapi masih mudah diakses. Sekitar dua kilometer dari kantor Camat Pemali di Kabupaten Bangka. Lahan seluas kurang lebih tiga hektar tersebut saat ini seolah-olah telah menjadi kantor barunya. Selain memulai dengan mengikuti kursus hidroponik, ia juga serius belajar tentang budi daya ikan dengan metode semi intensif. Beberapa peralatan pertanian pun mulai dibeli menjelang masa pensiunnya. “Tapi tak semuanya saya lakukan sekarang. Bertahaplah. Saya perlu belajar dengan serius dulu untuk meminimalkan kesalahan,” jelasnya.