Oleh: Weni Weryani

Era digital telah merambah ke setiap aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Integrasi teknologi dalam proses belajar-mengajar di sekolah tentunya dapat membawa banyak peluang yang menjanjikan. Namun, di balik pesatnya perkembangan ini, ada pertanyaan yang perlu kita renungkan bersama. Apakah teknologi benar-benar mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran? Atau justru menghadirkan tantangan baru yang harus kita atasi? Dengan melihat kondisi saat ini, saya percaya bahwa revolusi digital di sekolah menawarkan manfaat besar, tetapi tidak lepas dari tantangan yang membutuhkan perhatian serius.

Menurut saya, salah satu manfaat terbesar dari teknologi dalam pendidikan adalah kemampuannya untuk mempersonalisasi pembelajaran. Dengan teknologi, siswa dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing. Misalnya, platform pembelajaran adaptif memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang sesuai, sehingga mereka bisa lebih memahami materi yang diajarkan. Selain itu, teknologi membuka akses informasi yang lebih luas.

Saya melihat bahwa dengan internet, siswa memiliki kesempatan untuk menjelajahi berbagai sumber belajar dari seluruh dunia, memperkaya wawasan mereka tanpa batasan ruang dan waktu. Lebih dari itu, teknologi juga mendorong pengembangan keterampilan abad ke-21, seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Dalam dunia yang semakin terhubung ini, saya rasa keterampilan-keterampilan tersebut sangat penting untuk dimiliki oleh generasi muda.

Penelitian menunjukkan bahwa teknologi mobile dapat meningkatkan pembelajaran kolaboratif, yang sangat relevan untuk keterampilan abad ke-21 (Kannan & Ramakrishnan, 2023). Bahkan, teknologi interaktif seperti permainan edukatif dan realitas virtual juga berperan besar dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan pengalaman belajar yang lebih menarik, siswa cenderung lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran (Fu-hai et al., 2023).

Namun, saya juga menyadari bahwa penerapan teknologi dalam pendidikan tidaklah tanpa tantangan. Salah satu hal yang paling sering saya perhatikan adalah kesenjangan digital. Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap perangkat teknologi dan internet. Hal ini menjadi masalah serius, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil atau berasal dari keluarga kurang mampu. Ketidakmerataan ini dapat memperburuk ketidaksetaraan pendidikan.

Selain itu, ketergantungan berlebihan pada teknologi juga menjadi perhatian saya. Jika terlalu mengandalkan teknologi, ada risiko siswa kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah secara mandiri. Bray et al. (2023) juga menjelaskan bahwa penggunaan teknologi berlebihan dapat meningkatkan beban kognitif dan mengganggu proses belajar. Tantangan lain yang tidak kalah penting adalah kurangnya infrastruktur di banyak sekolah.

Kita tahu bahwasanya masih banyak sekolah yang menghadapi keterbatasan dalam hal perangkat keras, koneksi internet, atau sumber daya pendukung lainnya. Ditambah lagi, penggunaan teknologi juga membawa risiko terkait privasi dan keamanan data siswa. Ini adalah isu yang tidak boleh diabaikan, mengingat semakin banyak data siswa yang tersimpan di platform digital.