Stressor Organisasi Terhadap Produktivitas
Oleh: Hendrawan, S.T., M.M.
Pendahuluan
Stressor organisasi adalah faktor yang dapat memicu tekanan atau stres pada individu dalam suatu organisasi. Dalam organisasi pemerintah, stressor ini kerap muncul karena struktur birokratis yang hierarkis, beban kerja yang tinggi, dan tuntutan kepatuhan terhadap regulasi yang ketat. Stressor organisasi di sektor publik dapat mempengaruhi produktivitas, kepuasan kerja, hingga kesejahteraan pegawai. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan stressor organisasi pada pegawai di instansi pemerintah dengan landasan teori dan studi yang relevan.
Landasan Teori
- Teori Stress Kerja
Menurut Lazarus dan Folkman (1984), stress kerja didefinisikan sebagai respon psikologis atau emosional terhadap ketidakseimbangan antara tuntutan kerja dan kemampuan individu untuk mengatasinya. Stress kerja sering kali dipicu oleh tekanan dari lingkungan kerja yang terlalu tinggi atau kurangnya kontrol individu terhadap pekerjaannya. Teori ini menyatakan bahwa respons terhadap stres dipengaruhi oleh persepsi individu tentang kemampuan mereka dalam mengatasi tantangan atau hambatan yang ada.
- Teori Karasek tentang Demand-Control Model
Model ini dikemukakan oleh Robert Karasek (1979) dan menyatakan bahwa stress kerja dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu tuntutan pekerjaan (job demands) dan kontrol kerja (job control). Jika tuntutan pekerjaan tinggi, namun kontrol kerja rendah, maka tingkat stres akan meningkat. Dalam organisasi pemerintah yang cenderung hierarkis, banyak pegawai yang memiliki tuntutan kerja yang tinggi namun kontrol yang rendah, yang kemudian menjadi sumber stressor utama.
- Teori Birokrasi oleh Max Weber
Menurut teori birokrasi Max Weber (1947), organisasi pemerintah biasanya bersifat formal dan hierarkis, dengan aturan yang ketat dan pembagian tugas yang kaku. Meskipun struktur ini dianggap efektif dalam mengatur sistem administrasi, hal ini juga dapat menjadi sumber stres karena kurangnya fleksibilitas, komunikasi yang tidak efisien, dan pembagian peran yang cenderung monoton. Birokrasi yang ketat bisa membuat pegawai merasa terkekang, yang pada akhirnya memicu tekanan psikologis.
- Teori Equity oleh Adams
Teori equity atau keadilan dari J. Stacy Adams (1963) berpendapat bahwa individu akan merasa puas jika mereka merasa diperlakukan secara adil di tempat kerja. Ketidakpuasan akibat ketidakadilan di tempat kerja dapat menimbulkan stres, terutama jika pegawai merasakan adanya ketidakseimbangan dalam distribusi beban kerja, promosi, atau penghargaan. Dalam organisasi pemerintah, ketidakadilan seperti ini seringkali muncul dalam bentuk ketimpangan dalam kesempatan karier, yang menjadi salah satu sumber stressor organisasi.
Faktor Penyebab Stressor Organisasi dalam Organisasi Pemerintah
- Beban Kerja Berlebihan
Beban kerja yang tinggi menjadi salah satu faktor utama stressor dalam organisasi pemerintah. Banyak pegawai pemerintah menghadapi tenggat waktu ketat, tuntutan administrasi yang rumit, serta pekerjaan yang menuntut ketelitian dan tanggung jawab besar. Menurut penelitian dari Pradhan et al. (2018), pegawai di sektor publik cenderung mengalami beban kerja yang lebih berat dibandingkan sektor swasta, yang berpotensi memicu burnout dan stres.
- Peraturan dan Regulasi yang Ketat
Organisasi pemerintah umumnya diatur oleh serangkaian regulasi ketat yang mengatur prosedur dan alur kerja. Birokrasi yang panjang dan proses administratif yang rigid membuat pegawai harus mengikuti aturan-aturan yang terkadang membatasi kreativitas dan fleksibilitas. Ketatnya regulasi ini dapat menimbulkan tekanan dan rasa frustrasi, terutama jika pegawai merasa bahwa mereka tidak memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan mandiri.
- Kurangnya Dukungan Sosial
Dukungan sosial, baik dari rekan kerja maupun atasan, sangat penting dalam mengurangi dampak stres kerja. Dalam organisasi pemerintah, struktur kerja yang hirarkis seringkali membatasi interaksi antar pegawai sehingga dukungan sosial yang diterima menjadi minim. Menurut teori dukungan sosial dari House (1981), kurangnya dukungan sosial di lingkungan kerja dapat memperburuk dampak stressor pada kinerja dan kesejahteraan mental.
- Ketidakjelasan Peran dan Konflik Peran
Ketidakjelasan peran terjadi ketika seorang pegawai tidak memahami sepenuhnya apa yang diharapkan dari mereka. Hal ini umum terjadi di organisasi pemerintah, terutama bagi pegawai baru atau yang bekerja di unit dengan tugas yang multi fungsi. Konflik peran juga dapat terjadi ketika ada harapan atau tuntutan yang saling bertentangan dari atasan yang berbeda. Ketidakjelasan peran dan konflik peran ini menambah tekanan pada pegawai dan menjadi faktor yang meningkatkan tingkat stres.
- Kepemimpinan yang Otoriter
Gaya kepemimpinan yang otoriter sering ditemukan dalam struktur organisasi pemerintah. Pemimpin yang cenderung otoriter biasanya membuat keputusan sepihak tanpa melibatkan bawahan, sehingga menciptakan lingkungan kerja yang tegang. Gaya kepemimpinan ini seringkali membatasi partisipasi dan inisiatif individu, yang pada akhirnya memicu stres dan ketidakpuasan kerja.