Mimpi di Antara Deburan Ombak Batu Belimbing
Oleh: Putri Simba
Di pagi yang cerah, Dinda mengunjungi Pantai Batu Belimbing, di Toboali Kabupaten Bangka Selatan. Pantai ini terkenal karena batu-batu granitnya yang menyerupai buah belimbing, menjadi daya tarik bagi siapa saja yang mencintai keindahan alam.
Saat tiba, suara deburan ombak menyambutnya dengan lembut, seolah mengundang untuk lebih dekat. Angin laut yang segar menyisir rambutnya, memberikan sensasi tenang yang sulit didapat di tempat lain. Dinda melepas sepatunya, membiarkan kakinya bersentuhan langsung dengan pasir yang lembut.
“Ibu, Ayah, lihatlah itu, bagus banget pemandangannya, masyaallah,” ujarnya bahagia sambil menatap horizon yang seakan tak berujung.
“Iya, Nak, sekarang ayo kita keliling, lalu mencari tempat rindang di bawah sana,” kata Ayah mengajaknya turun.
“Baiklah, Ayah,” sahutnya singkat.
Kruk, kruk, kruk, mereka berjalan bersama turun kebawah.
“Kita di sini saja, ya,” ujar ayahnya yang sudah memilih tempat sejuk.
Mereka dengan cepat langsung menghamparkan tikar kecil, lalu menikmati udara segar sambil memakan bekal bersama yang telah dibawa dari rumah. Mereka menikmati makanan dengan penuh rasa syukur.
“Ibu, Ayah, aku mau main dulu, Yah.” Ujarnya meminta izin pergi bermain disekitar pantai batu belimbing.
“Silakan, anakku, tetapi jangan jauh-jauh, ya,” sahut ayahnya.
“Siap, Yah,” jawab Dinda singkat.
Dengan cepatnya dirinya langsung saja bermain di sekitaran pantai. Di situ, dia memikirkan bahwa di atas batu itu menciptakan harmoni dengan suara ombak yang terus menghantam. Dinda merasa seperti terhubung kembali dengan dirinya sendiri.
Di tempat itu pula dengan duduk sejenak di pinggir batu belimbing nan indah, dirinya teringat mimpi-mimpinya yang sempat terkubur oleh kesibukan.
“Menjadi penulis perjalanan adalah impianku, dan berbagi cerita dengan dunia juga impianku,” gumam hatI kecilnya.
Setelah bergumam ia berlari lalu lanjut memotret, tetapi tiba-tiba seorang pria tua mendekatinya. Wajahnya penuh kerutan. Namun senyumnya hangat seperti sinar matahari pagi.
“Indah, bukan?” tanyanya ramah.