Oleh: Abdussalam Alghozali

HIKMAH RAMADHAN, Salah satu ungkapan yang lazim kita temui dalam berbagai ucapan untuk merayakan hari raya Idul Fitri adalah Minal ‘Aidin Wal Faizin.

Banyak  di antara kita yang kemudian beranggapan bahwa ungkapan itu bermakna mohon maaf lahir dan bathin. Karena biasanya diucapkan/dituliskan bersamaan.

Pemahaman itu ternyata kurang tepat. Makna ketika kita mengucapkan Minal ‘Aidin Wal Faizin kepada orang lain sejatinya adalah kita sedang saling mendoakan agar kita termasuk dari bagian orang yang kembali dan orang yang menang.

Makna tentang kembali sudah kita bahas pada tulisan sebelumnya, kali ini kita akan membahas ungkapan menjadi bagian dari para pemenang (Faizin).

Ibadah di bulan Ramadhan -khususnya berpuasa- adalah ibadah yang capaian ukuran berhasilnya jika kita keluar dari madrasah Ramadhan sebagai seorang yang bertakwa.

Maka, ukuran menang dan tidaknya, berhasil atau gagalnya kita dalam perjuangan bulan Ramadhan ini adalah ukuran dan standar ketakwaan.

Dalam surat Al Baqoroh ayat 183 yang menjelaskan tentang kewajiban puasa, ciri kemenangnnya pun sudah dijelaskan secara gamblang.

Bukan hanya bertakwa saja, tapi juga terus senantiasa dalam ketakwaan (tattaquun). Maknanya, kita akan layak disebut sebagai pemenang dan merayakan kemenangan Ramadhan kita di hari Idul Fitri jika sifat taqwa itu melekat dalam kepribadian kita sehari-hari pasca Ramadhan.

Tidak hanya bertaqwa Ketika Ramadhan saja, tetapi juga bertaqwa sepanjang hayat kita.