Karya: Mevira Agustin

Cherie, seorang anak tunggal yang bersekolah di SMA ternama di kota ini, selalu menjadi pusat perhatian bagi teman-teman sekelasnya. Barang-barangnya, gaya berpakaian, hingga bekal pun turut menjadi topik bagi teman-temannya. Memang benar, sebagai anak tunggal, Cherie sangat diprioritaskan oleh kedua orang tuanya. Meski begitu, Cherie tidaklah sombong. Dia selalu bersikap ramah kepada teman-temannya tanpa memilih-milih sedikit pun. Hingga pada suatu hari, ada sebuah pentas seni di sekolah Cherie yang mengharuskan kelas mereka menampilkan sebuah pertunjukan drama. Setelah berdiskusi, mereka sepakat akan menampilkan drama tentang seorang putri kerajaan.

“Oke, jadi kita sepakat yah, mau nampilin drama tentang seorang putri kerajaan. Tapi siapa nih kira-kira yang cocok jadi pemeran utamanya?” tanya Adit selaku ketua kelas.

“Gimana kalo Cherie aja? Dia kan cantik ditambah baik banget lagi, udah kayak putri kerajaan beneran!” saut Alexa memberikan saran.

“Eh, kok aku? Aku takut gabisa, ganti yang lain aja, pasti banyak yang lebih baik daripada aku,” jawab Cherie dengan sedikit terkejut.

“Kamu aja, Cher. Kamu kan selalu baik sama kami, jadi aku rasa semuanya juga sepakat kalo kamu yang lebih cocok jadi putrinya, iya kan, teman-teman?” jelas Alexa. Benar saja, sontak semua temannya sangat antusias dan semangat mendukung ide Alexa itu, mengingat Cherie memang dikenal sebagai sosok yang baik hati.

Mendengar itu semua, Cherie hanya bisa pasrah menerima keinginan teman-temannya. “Iya deh, kalau itu mau kalian, mohon bantuannya yah, teman-teman semuanya,” jawab Cherie dengan senyum manisnya.

Keesokan harinya, latihan drama pun dimulai. Semua nampak sangat bersemangat berlatih. Ada yang sibuk menghafal naskah, mencoba gerakan yang akan dilakukan, dan ada yang sedang sibuk bermain dengan berbagai macam peralatan untuk membuat properti drama mereka. Semua orang nampak bekerja keras. Bahkan beberapa hari telah berlalu, semangat Cherie dan teman-teman tak terlihat berkurang sedikit pun. Mereka selalu nampak penuh semangat membara saat latihan.

Hingga pada suatu hari, di tengah latihan dengan wajah yang muram dan nada yang lesu, Cherie meminta izin kepada teman-temannya untuk tidak latihan dulu hari itu dikarenakan ibunya sedang jatuh sakit.

“Teman-teman, maaf hari ini aku izin enggak ikut latihan dulu yaa, Ibu ku sedang sakit. Mohon pengertiannya semuaa,” ucap Cherie dengan nada yang lesu.

Mendengar itu, seluruh teman-temannya turut sedih dan mendoakan kesembuhan untuk ibu Cherie. Cherie tersenyum tipis kemudian mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-temannya, kemudian bersiap-siap bergegas untuk segera pulang.

Akan tetapi, beberapa hari telah berlalu, Cherie terus saja meminta izin untuk tidak ikut latihan dan pulang lebih awal dengan alasan ibunya yang sedang sakit. Teman-temannya memang selalu mengizinkan, meskipun ada beberapa di antara mereka yang mulai merasa keberatan karena perilaku Cherie.

Seperti hari ini, Cherie kembali meminta izin dan meminta maaf atas hal itu kepada teman-temannya. Tak lama setelah Cherie pergi, mereka pun kembali melanjutkan latihan seperti biasa. Hingga waktu istirahat di sela latihan, mereka gunakan untuk mengobrol bersama. Perlahan, topik obrolan mengarah membahas Cherie yang sering tidak hadir saat latihan.

“Eh, menurut kalian, Ibu nya Cherie sakit apa ya, sampai 3 hari belum sembuh juga lho?” tanya Putri dengan rasa penasarannya.

“Gatau juga deh, dia kan sifatnya emang tertutup, susah cerita anaknya,” saut Yoga menjawab pertanyaan Putri.

“Eh, tapi kalo dipikir-pikir sampai 3 hari? Masa iya dia masih bisa sekolah dengan tenang dari pagi sampai jam 3 sore, tapi pas latihan tiba-tiba izin dengan alasan Ibunya sakit?” kembali sautan terdengar, kali ini Nazwa lah yang berbicara.

“Iya juga sih, harusnya kan kalo emang beneran sakit parah, mending sekalian izin sekolah juga ga sih?

Masa cuman pas latihan doang!” jawab Romi memunculkan kecurigaan.

“Emm, apa mungkin dia boongin kita?” saut Nayla dengan ragu.

“Apa maksud kamu, Nay? Boongin gimana?” tanya Erika penuh penasaran.

“Sebenarnya kemarin, Ibu ku cerita kalo Cherie sempat mampir ke toko kue keluargaku saat pulang sekolah. Ia bahkan memilih sebuah kue yang cukup besar. Tapi aku tidak tahu, untuk apa ia membeli kue itu,” jelas Nayla kepada teman-temannya.

“Apa mungkin Cherie beneran boongin kita? Mungkin dia males buat latihan dan lebih suka main atau jajan kesana-kesini karena itu dia milih buat bilang kalo Ibunya lagi sakit biar kita izinin terus?” saut kembali Nazwa.

“Bisa jadi sih, dia kan anak tunggal. Pasti karena terbiasa dimanja keluarganya, jadi dia menganggap kalo dunia ini harus selalu sesuai dengan kemauannya,” timpal Romi. Kini semua teman-temannya menaruh curiga kepada Cherie. Mereka bimbang antara harus mempercayai Cherie atau tidak.

Keesokan harinya pun tiba. Saat sepulang sekolah, seperti biasa hari ini, semua teman-teman di kelas Cherie kembali bersiap-siap untuk memulai latihan drama mereka. Hingga suasana yang tadinya terdengar ramai dengan segala kesibukannya tiba-tiba berubah menjadi sunyi ketika mendengar Cherie berbicara kembali meminta izin kepada teman-temannya. Seluruh tatapan kini menatap Cherie dengan tajam, bahkan terlihat jelas bahwa teman-temannya sedang kesal kepada dirinya.

“Izin lagi? Udah 3 hari lho, Cher, kamu izin terus. Masa hari ini izin lagi sih?” saut Nazwa dengan nada jengkel.

“Iya tuh, kamu kan peran utama, masa seenaknya aja pergi kesana-kesini,” timpa Romi.

“Jangan bilang mau beli kue donat lagi? Kita semua juga udah tahu kalo kamu cuman main kesana-kesini, jajan sepuasnya aja kan? Demi itu semua, kamu rela boongin kita, Cher?” suara Erika dengan nada tinggi berhasil menyudutkan Cherie.